Suzuki Melakukan Recall Khusus Untuk 1 Pelanggan Saja

Kembali lagi setelah vakum lama banget… kemarin, heboh berita panggilan recall untuk Yamaha YZF R25 dan MT-25 untuk yang kedua kalinya. Andai saya kerja jadi kepala lembaga perlindungan konsumen di Indonesia, Yamaha Indonesia ini bakal saya kasih penghargaan karena mau mencegah pelangannya dari celaka akibat produk yang mereka jual. Bicara soal recall, ada hal unik di Jepang sana dimana Suzuki melakukan recall khusus untuk 1 orang saja. Ya, hanya satu orang saja yang dikenai  panggilan untuk perbaikan mobilnya. Siapa dia? dan kenapa? monggo disimak.

Pada tahun 1990an, Suzuki menjual Suzuki Cappucino yang menjadi roadster kei car yang cukup laris di Jepang. Mungkin karena saking larisnya juga semangat kerja orang sana, mereka lupa memasang nomor mesin ke sebuah mobil yang baru terdeteksi kalau mereka lupa pasang nomor mesinnya 21 tahun kemudian. Suzuki kemudian melakukan recall terhadap satu Suzuki Cappucino tadi dan kemudian jadi heboh setelah pengguna twitter memposting berita ini di tweet miliknya disini.

Dari surat panggilannya yang bisa dibaca online disini, tertulis isi pesannya dalam bahasa Indonesia kira-kira sebagai berikut.

Isi dari masalah : Ada blok silinder yang terjual tidak memiliki embossing nomor mesin selain teks “K6A”. Hal ini membuat identitas kendaraan pada sertifikat inspeksi kendaraan tidak bisa dikenali pada kendaraan.

Konten perbaikan: Penggantian dengan blok silinder yang telah terukir.

Seperti yang kita ketahui, di Jepang sana baik mobil umum ataupun mobil pribadi (bahkan motor) wajib melakukan KIR setiap 2 tahun sekali untuk memastikan kondisinya layak jalan sehingga keamanan jalannya terjamin. Salah satu syarat lulus KIR ini adalah punya mesin yang sesuai dengan dokumennya (STNK/BPKB Jepang). Dengan tidak adanya nomor mesin, jadilah mobil ini tidak bisa lulus KIR disana. Aneh ya, padahal sudah 21 tahun yang lalu, entah bagaimana Cappucino ini bisa terus lolos KIR sementara Jepang sendiri memberlakukan aturan setiap kendaraan yang tidak lulus KIR harus di scrap atau diekspor kalau tidak diuji ulang dan diperbaiki masalahnya.

Bagaimana dengan pabrikan sebelah yang malah menyalahkan konsumennya kala terjadi suara aneh seperti bunyi “nguung” atau “klotok-klotok” pada produknya?